Siang Planners,
Kami kembali dengan kisah nyata yang terjadi di sekeliling Kami, dan mungkin saja dialami oleh Anda atau orang-orang tersayang disekitar Anda.
Pada suatu waktu, Kami berkenalan dengan seorang Bapak yang belum pernah Kami kenal sebelumnya. Saat itu sudah malam hari, di bis Transjakarta (Busway), waktu menunjukkan pukul 20.30. Sebut saja namanya Bapak Iwan, berusia jalan 55 tahun (6 bulan lagi). Bapak Iwan bekerja pada salah satu kantor BUMN selama lebih dari 20 tahun. Ia baru saja pulang kerja, karena dapat giliran sampai jam 20.00. Bapak Iwan bercerita bahwa ia memiliki 3 orang anak laki-laki. paling kecil saat ini kelas 3 STM, jadi sekitar 4 bulan lagi akan lulus. Anak pertama usia 20 tahun sudah berkeluarga, pisah rumah dan memiliki pekerjaan. Anak kedua, usia 19 tahun sekarang belum dapat pekerjaan, sebelumnya ia sebagai tenaga kontrak di salah satu perusahaan BUMN juga, namun setelah kontrak habis, ia tidak dikontrak kembali. Istri Bapak Iwan hanya mengurus rumah saja.
Bapak Iwan bercerita tentang dirinya yang sudah mau masuk masa pensiun sekitar 6 bulan lagi. Kami pun ingin mengetahui bagaimana perencanaan pensiun Bapak Iwan ini. Lalu Kami mulai menanyakan tentang dana pensiun yang akan didapatkan. Ternyata Bapak Iwan mendapatkan uang pensiun sekaligus senilai 150 Juta Rupiah, dan uang bulanan sebesar Rp. 1.500.000/bulan. Selain itu, Bapak Iwan mendapatkan uang pencairan asuransi dari perusahaan senilai 70 Juta Rupiah. Bagaimana dengan jaminan kesehatan setelah pensiun bila asuransinya sudah dicairkan? Ternyata Bapak Iwan masih mendapat fasilitas dari intern kantornya, berupa jaminan biaya kesehatan sebesar 80 % dari total pengeluaran biaya pengobatan. Setelah mendapatkan data tersebut, Kami pun menanyakan apa yang akan Bapak Iwan lakukan setelah pensiun nanti? Apakah Bapak akan mencari pekerjaan lainnya? Bapak Iwan masih belum tahu apa yang akan Ia kerjakan setelah pensiun nanti. Namun Bapak Iwan merasa bahwa andaikan Ia terpaksa harus bekerja kembali, maka Ia harus cari pekerjaan yang tidak menggunakan aktivitas fisik berlebihan. Karena Ia sadar bahwa kemampuan fisiknya sudah jauh berkurang dibandingkan saat muda. Kemudian Kami menanyakan uang pensiun senilai 220 Juta Rupiah (150 Juta uang pensiun + 70 Juta uang tabungan asuransi) akan dijadikan apa? Bapak Iwan pun masih belum terpikirkan untuk saat ini..
Ini salah satu kisah nyata yang terjadi disekitar Kami. Anda dapat lihat, saat masuk usia pensiun nanti, Bapak Iwan kemungkinan masih harus menanggung biaya hidup 1 atau 2 anaknya bila belum dapat pekerjaan. Sedangkan uang pensiun bulanan nya tidaklah besar. Kami melihat bahwa Bapak Iwan ini memiliki risiko keuangan yang cukup besar. Belum lagi bila Bapak Iwan menderita penyakit cukup berat, sehingga perlu dana cukup besar, katakanlah 100 Juta Rupiah, maka Bapak Iwan harus menanggung sendiri 20 Juta Rupiah (20 % nya).
Bagaimana bila Anda atau orang yang Anda kasihi berada di posisi Bapak Iwan sekarang ini?
Silahkan hubungi Kami untuk konsultasi lebih lanjut..
Salam Planners…
