Dear Planners,
Selamat menikmati istirahat siang Anda. Kami kembali akan menyajikan rasio keuangan lainnya. Kemarin Kami telah membahas tentang rasio likuiditas. Siang ini Kami akan membahas tentang rasio tabungan.
Siapa yang tidak mengetahui apa itu tabungan? Tentunya semua orang akan tau, bahkan sejak dahulu Kita telah diajarkan untuk menabung sejak kecil. Paling sederhana Kita menabung ditempat khusus yang Kita kenal dengan nama “celengan”. Kemudian tempat menabung beralih ke berbagai bank karena mendapat tawaran bunga. Berlomba-lomba orang akan menabung di bank, dengan berbagai macam fasilitas dan kemudahan, seperti mudah diambil kapan saja melalui mesin ATM (automatic teller machine). Namun beberapa tahun terakhir ini tren mulai berubah lagi, dimana orang berlomba menempatkan uangnya tidak dalam tabungan, melainkan diinvestasikan dalam bentuk aset seperti rumah, tanah, logam mulia, saham, dan sebagainya. Namun yang disebut tabungan itu adalah dalam bentuk tabungan murni di bank, dimana uang tersebut mudah diambil atau dicairkan kapan saja saat dibutuhkan.
Berikut Rumusan Rasio Tabungan (Saving Ratio) :
Rasio ini untuk melihat seberapa persen dari pendapatan kotor yang disisihkan untuk ditabung demi masa depan dalam bentuk tabungan atau simpanan. Keuangan dikatakan sehat apabila rasio tabungannya minimal 10 %.
Berdasarkan contoh laporan arus kas, didapatkan data : jumlah tabungan sebesar Rp 12.000.000,- sedangkan jumlah pendapatan kotor atau arus kas masuk sebesar Rp 261.000.000,-. Sehingga rasio tabungannya adalah 12.000.000/261.000.000 = 4,6 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa keuangan pak Ali kurang sehat. Pak Ali harus menambah jumlah tabungannya minimal Rp 26.100.000,- (= 10 %).
Selamat menghitung rasio tabungan Anda masing-masing.

