Selamat siang Planners,
Kami kembali menyampaikan kisah-kisah nyata.. Kali ini bercerita mengenai sosok Kepala Keluarga…
Seorang Ayah (kita sebut saja Bapak Ali), saat ini berusia 50 tahun, telah bekerja pada sebuah perusahaan milik sebuah keluarga, selama 20 tahun. Tahun lalu, karena pemilik perusahaan meninggal, maka kepemilikan perusahaan dialihkan ke anak pemilik perusahaan. Tahun ini, Bapak Ali tiba-tiba mengalami musibah berupa penyakit yang cukup serius, sehingga ia harus di rawat di sebuah RS swasta di Bandung. Bapak Ali dirawat beberapa hari disana karena penyakit Kencing Manis, Kolesterol dan Darah Tinggi. Bapak Ali baru mengetahui punya penyakit tersebut saat itu, namun dokter mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya sudah melebihi ambang batas, bahkan beberapa sudah termasuk sangat tinggi.
Pihak perusahaan memberikan santunan seadanya, sekitar 1 juta rupiah saja, sedangkan total biaya RS yang harus dibayar mencapai 3 juta rupiah. Jadi sisanya Bapak Ali yang harus menanggung biayanya. Bapak Ali tidak diberikan Asuransi Kesehatan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
Saat Bapak Ali keluar dari RS, ia tidak bisa langsung bekerja, karena kondisi fisiknya belum pulih sepenuhnya. Ia diwajibkan untuk terus kontrol dan cek darah tiap 1 bulan sekali untuk monitor kemajuan pengobatan. Biaya tiap kali berobat untuk 1 bulan, mencapai sekitar 400.000 an. Pihak perusahaan masih mau menanggung biaya pengobatan, namun baru 2 bulan, perusahaan sudah mengganggap Bapak Ali mengundurkan diri dari tempat kerjanya dengan alasan Bapak Ali sudah tidak mampu lagi kerja dengan maksimal. Bapak Ali tidak diberikan uang pensiun sedikitpun, karena ia tidak dianggap pensiun.
Cobaan tidak berhenti sampai sana saja. Anak laki-laki Bapak Ali, yang pada awalnya berkata sanggup untuk membiayai pengobatan ayahnya, setelah beberapa waktu seakan tak acuh. Ayahnya dibiarkan pergi berobat sendirian (padahal awalnya selalu ditemani), bahkan saat dokter nya menyarankan Bapak Ali untuk mengganti sandal/alas kaki yang aman buat kondisi kesehatan Bapak Ali, anaknya tak kunjung menyediakannya. Selain itu, istri Bapak Ali juga agak menjauhinya karena takut tertular penyakit Bapak Ali, walau dokter telah menjelaskan bahwa penyakit ini tidak menular.
Bapak Ali hanya bisa tabah dan pasrah dalam menghadapi “cobaan” ini. Karena tabungannya selama ia kerja, ia telah pakai untuk menafkahi istri dan anaknya. Ia tidak memiliki tabungan lagi……
Pelajaran apakah yang dapat Kita ambil dari Kisah Nyata ini ?
- Bekerjalah pada perusahaan yang memiliki jaminan (asuransi) kesehatan serta peduli terhadap kesejahteraan karyawannya. Lamanya Anda bekerja disebuah perusahaan tidak menjamin perusahaan akan sangat peduli terhadap Anda sebagai karyawannya.
- Kesehatan seseorang bisa tiba-tiba menjadi buruk tanpa melalui proses yang ringan dahulu. Tidak ada yang tahu, kapan sesorang akan mengalami sakit, dan beratnya penyakit.
- Saat penyakit berat itu datang, maka Anda perlu siapkan dana yang cukup besar dan bisa dalam waktu jangka panjang untuk pengobatannya.
- Keluarga ataupun orang yang terdekat dengan Anda sekalipun, belum tentu dapat membantu biaya pengobatan Anda seterusnya. Jadi siapakah yang akan menjamin biaya pengobatan Anda selanjutnya?
- Saat uang tabungan hasil kerja keras Anda telah habis, maka apakah Anda siap menghadapi pensiun/ usia tua Anda dengan nyaman? Keluarga Anda belum tentu dapat memberikan kebutuhan saat Anda pensiun. Jadi kepada siapakah Anda menggantungkan biaya hidup Anda?
Bapak Ali ini memerlukan perencanaan asuransi kesehatan dan dana pensiun, yang tentunya harus dimulai sejak sebelum Beliau menderita sakit seperti sekarang, karena “asuransi hanya bisa dibeli saat Anda tidak butuh (baca : sehat), tidak pada saat Anda butuh (baca : sudah memiliki penyakit yang tidak ringan)”. Jadi seperti kata pepatah : “Sedia payung sebelum hujan”…
Jadi para Planners, apakah Anda telah memiliki perencanaan keuangan untuk Hari Tua Anda dan jaminan Kesehatan ?
Silahkan hubungi Kami pada data disamping ini, untuk dapat merencanakan keduanya sekaligus..
Salam Planners…..
