Dear Planner,
Bagaimana aktivitas Anda pagi tadi? Semoga semuanya lancar-lancar saja. Siang ini, Kami kembali mengangkat kisah nyata tentang kehidupan pensiunan seorang karyawan swasta.
Sebut saja ibu Siti, beberapa tahun yang lalu ia bekerja pada sebuah perusahaan swasta ternama. Jabatan ibu Siti waktu itu juga tergolong cukup bergengsi. Saat ibu Siti bekerja disana, seluruh kesejahteraannya terjamin baik penghasilan, maupun jaminan kesehatan. Apabila ibu Siti ada masalah dengan kesehatannya, maka perusahaan tempat ia bekerja akan bertanggung jawab untuk memberikan pengobatan terbaik agar dapat cepat pulih seperti sedia kala. Hal ini karena ibu Siti merupakan salah satu key person di perusahaan itu. Kehadiran sosok ibu Siti di perusahaan sangat vital sekali. Oleh karena itu, ibu Siti sangat nyaman sekali bekerja di perusahaan tersebut karena kesejahteraannya terjamin sekali. Tidak ada niat sedikit pun untuk pindah kerja atau berhenti dari pekerjaannya. Ibu Siti termasuk pegawai yang loyal terhadap perusahaannya. Ia berprinsip bahwa ia bekerja semaksimal mungkin sampai ia tidak diperlukan lagi oleh perusahaan, yaitu saat ia sudah pensiun karena faktor usia. Ibu Siti bekerja selama beberapa puluh tahun di perusahaan itu. Tidak terasa usia ibu Siti tidak muda lagi, ia telah menginjak usia 60 tahun. Ini adalah batas usia maksimal pegawai di perusahaan tersebut. Akhirnya ibu Siti masuk masa pensiun kerja, dan dapat uang pensiun dari perusahaan. Tahun demi tahun berganti setelah ibu Siti tidak bekerja lagi, aktivitasnya lebih sering di rumah bersama keluarga saja. Sehingga pada suatu saat, ibu Siti mengalami penyakit yang cukup parah sehingga harus di operasi di luar negri. Biaya yang perlu disiapkan tidaklah murah. Ia harus menyediakan uang ratusan juta rupiah, yang semua ini harus ia siapkan dari tabungannya sendiri karena perusahaan sudah tidak memberikan jaminan kesehatan setelah pegawainya pensiun. Dahulu saat ibu Siti bekerja, ia pernah ditawarkan asuransi kesehatan dan jiwa oleh seorang agen asuransi. Namun ibu Siti merasa tidak butuh asuransi lagi karena ia sudah diproteksi oleh perusahaannya, maka ia menolak tawaran agen asuransi itu. Nah, saat ibu Siti ini harus membayar sendiri seluruh biaya kesehatannya, ia baru merasa menyesal tidak memiliki asuransi kesehatan dan jiwa waktu dulu. Saat ini di usia yang sudah tua, pilihan produk asuransi pun sudah sangat terbatas, dan belum tentu perusahaan asuransi mau menerima. Sehingga solusi yang terbaik adalah, ia harus melipatgandakan harta yang dimiliki sehingga apabila ia terpaksa harus mengeluarkan biaya pengobatan, maka ia sudah memiliki aset untuk membayarnya. Selain itu ia hanya dapat berdoa semoga ia tidak pernah mengalami penyakit yang serius.
Dear Planners,
Apa yang dapat Kita pelajari dari kisah nyata tersebut?
Bahwa kenyamanan yang Kita terima saat ini dari tempat kerja, terutama yang berhubungan dengan jaminan kesehatan, sebenarnya tidak dapat dijadikan jaminan 100 % untuk seterusnya. Karena ada suatu waktu, perusahaan tidak bertanggung jawab lagi untuk jaminan kesehatan karyawannya. Jadi alangkah bijaknya bila Anda sudah berpikir untuk memiliki produk asuransi jiwa dan kesehatan sebagai pelengkap atau cadangan apabila terjadi kasus seperti diatas. Namun konsultasikan atau rencanakan dahulu dengan konsultan perencana keuangan Anda, supaya Anda memperoleh manfaat yang maksimal dari pilihan Anda. Silahkan hubungi Kami pada kontak disamping ini untuk informasi lebih lanjut.
Salam Perencanaan
