Siang Planners..
Pada kesempatan siang hari ini kami akan membahas tentang perlunya mempersiapkan dana kesehatan. Semoga bermanfaat.
Biaya kesehatan saat ini mahal
Anda pasti sudah sering mendengar atau mungkin memiliki pengalaman sendiri bahwa biaya kesehatan itu mahal.
Memang betul, dalam 10 tahun terakhir biaya rawat inap di rumah sakit naik 10 kali lipat. Hal ini dikarenakan demand (permintaan) terhadap layanan kesehatan tinggi tetapi penyediaannya kurang sehingga berdampak pada biaya yang mahal.
Rasio jumlah tempat tidur di rumah sakit untuk penduduk Indonesia idealnya adalah 1:500, namun kenyataannya sekarang adalah 1:1047. Demikian halnya dengan jumlah rumah sakit yang masih terbatas. Dalam 5 tahun terakhir jumlah rumah sakit ada 1.320 yang 50 persennya berada di Pulau Jawa dan lebih dari 30 persen adalah rumah sakit swasta. Makanya biayanya jadi sangat mahal.
Belum lagi untuk tindakan seperti operasi, biaya obat dan kunjungan dokter.
Saya masih sehat-sehat saja?
Tidak ada orang yang ingin sakit. Tapi jika suatu saat sakit menimpa kita, sudah siapkah kita menghadapinya? Tidak ada salahnya jika kita mempersiapkannya sejak sekarang.
Bagaimana dengan penyakit-penyakit berat seperti kanker?
Dokter kenalan saya pernah bercerita tentang pengalamannya menghadapi seorang pasien wanita yang menderita kanker kelenjar getah bening. Mau tau harga obat untuk kemoterapinya? Rp. 500 ribu per tablet! Diminum 1 kali sehari. Berarti dalam 1 bulan (30 hari), pasien atau keluarga pasien tsb harus merogoh kocek sekitar Rp. 15 juta, belum lagi jika keadaan pasien sedang menurun, harus dirawat inap.
Apa hubungannya dengan masa depan dan tabungan saya?
Kembali ke cerita pasien kanker di atas, jika itu menimpa kita, kira-kira biaya pengobatannya akan kita minta/ambil darimana? Orang tua? Saudara? Pinjam sana-sini? Atau bagi yang sudah memiliki tabungan/investasi, dari tabungan/investasi tsb? Atau menjual aset kita?
Pertanyaan selanjutnya, tabungan kita (yang mungkin kita simpan untuk biaya pendidikan anak, untuk beli kendaraan, beli rumah, atau untuk tujuan-tujuan lainnya di masa depan) akhirnya terpakai untuk biaya pengobatan. Akibatnya keuangan keluarga terganggu, masa depan kita sendiri, anak-anak, atau anggota keluarga lainnya menjadi korbannya.
Lalu bagaimana solusinya?
Pindahkan resiko kemungkinan pengeluaran biaya kesehatan apabila kita sakit tsb ke pihak lain, caranya dengan membeli produk asuransi jiwa/kesehatan.
Dengan memiliki asuransi kesehatan, ketika kita sakit, maka yang menanggung resiko biaya adalah perusahaan asuransi tsb.
Jika dibandingkan dengan uang yang kita bayarkan untuk asuransi, keuntungan yang didapatkan jauh lebih besar.
Bila tidak ingin merasa “rugi” karena sudah membayar asuransi tapi tidak sakit, kita bisa memilih asuransi kesehatan dan investasi atau dikenal dengan produk unit link.
Kalau tidak mau ambil asuransi, kita harus menyiapkan dana yang disisihkan dari penghasilan. Besarnya sesuai biaya perkiraan di rumah sakit. Misalnya jika dalam satu keluarga ada empat orang dan biaya rawat inap asumsinya 10 juta, maka kita harus mengumpulkan uang 40 juta. Jika biaya yang dibutuhkan lebih dari 40 juta, sisanya darimana?
Jangan sampai jatuh miskin karena sakit.