Siang planners..
Kemarin kami telah membahas satu cara orang tua dalam memberikan didikan finansial bagi anaknya.
Contoh lainnya adalah yang dilakukan oleh Kim Curtis pada anaknya Arden Gehl. Curtis mulai memberikan pendidikan finansial sejak anaknya mulai mengerti tentang uang. Dia memulai dengan membukakan anaknya rekening di bank saat usia anaknya 5 tahun. Ketika Arden berusia 14 tahun, dia sudah diberi kartu debit untuk mengatur sendiri kebutuhan bulanannya seperti mencuci pakaian, untuk hiburan, jalan-jalan, dan sebagainya. Di akhir tahun, Arden dan kedua orang tuanya akan mengevaluasi uang yang sudah Arden keluarka selama 1 tahun, dan mereka akan mengadakan pertemuan khusus untuk membicarakan budget tahun depan.
“Saya sangat kaget mengetahui berapa uang yang saya gunakan selama 1 tahun”, ujar Arden. “Karena kita tidak betul-betul memegang uangnya di tangan kita, maka kita tidak betul-betul tau berapa besar yang kita gunakan. Saya pergi ke kedai kopi di pagi hari, pergi ke Starbucks di waktu makan siang, dan kedai kopi lainnya sepulang sekolah. Seandainya saja saya tidak pergi ke kedai kopi sebanyak 3 kali sehari, mungkin saya dapat menyimpan uang saya”.
Akhirnya orang tua Arden, menutup kartu debit Arden hingga dia mendapatkan pelatihan me-manage budget, dan membuat tujuan menabung.
Kini Arden berencana menabung 20% dari uang yang dia dapat dari orang tuanya untuk ditabung. Impiannya adalah membeli mobil milik ibunya, sebuah mobil Volvo yang sudah mereka miliki selama 13 tahun, setelah dia mendapatkan lisensi untuk mengemudi.
Tahun ini, Arden membayar pulsa telpon seluler miliknya sendiri dan juga membayar asuransi mobil untuk mobil yang dia gunakan.
Memang bukan hal yang mudah untuk memberikan didikan finansial pada anak, namun yang penting adalah kita sebagai orang tua harus dapat menjalin hubungan yang intensif pada anak terutama ketika mereka dalam masa pertumbuhan.
Keterampilan mengatur keuangan, baik itu dalam hal menabung, membelanjakan uang, maupun sedekah untuk kepentingan sosial, dapat menjadi bekal untuk anak-anak kita dalam menghadapi perubahan dalam hidup mereka di masa depan. Jika bukan kita yang mengajari mereka bagaimana mengelola keuangan, siapa lagi yang akan melakukannya untuk mereka?
