Perencanaan Dana Pensiun

Siang Planners…

Bagaimana kegiatan Anda hari ini? Kami harap Anda bisa melakukan semua aktifitas bekerja Anda dengan lancar…

Kali ini saya akan membahas tentang Perencanaan Dana Pensiun. Namun, sebelum kita bahas lebih jauh mengenai perencanaan dana pensiun ini ada baiknya kita samakan persepsi kita mengenai apa yang dimaksud dengan pensiun, dana pensiun, dan mengapa setiap orang, baik karyawan (PNS mau pun swasta), profesional,  atau pun pengusaha perlu menyiapkan dana ini.

Pertama, masa pensiun adalah masa di mana seseorang sudah tidak bekerja lagi, namun masih memiliki beban kebutuhan untuk hidup. Secara umum, terdapat empat jenis masa pensiun, yaitu:

  1. Pensiun Normal, biasanya dialami oleh karyawan usia antara 55 sampai 60 tahun
  2. Pensiun Dipercepat, biasanya dilakukan oleh perusahaan yang ingin mengurangi jumlah karyawannya
  3. Pensiun Cacat, diberikan kepada karyawan sebelum masa usia pensiun karena dianggap tidak dapat bekerja secara maksimal disebabkan oleh kecelakaan atau sakit berkepanjangan.
  4. Pensiun Janda, diberikan kepada janda karyawan PNS yang meninggal

Menurut UU no. 11 tahun 1992, dana pensiun terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

Dana pensiun ini dikelola oleh Perusahaan pemberi kerja dan diberikan kepada seluruh karyawannya.

2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

Dana pensiun ini dikelola oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa yang diberikan kepada masyarakat umum, baik karyawan, profesional, atau pun wiraswasta, yang dapat dilakukan secara perorangan mau pun kelompok perusahaan.

Di dalam siklus kehidupan, setiap orang pasti mengalami masa pensiun di hari tuanya, di mana orang tersebut sudah tidak mampu lagi bekerja atau menghasilkan income untuk membiayai kehidupannya pribadi mau pun keluarganya. Namun, bagi sebagian besar orang, masa pensiun ini dapat menjadi momok yang menakutkan, karena biasanya besarnya uang pensiun tidak sebanding dengan kenaikan inflasi dan biaya hidup sehari-hari, sehingga seringkali para pensiunan tersebut harus kembali bekerja di tempat lain atau menumpang hidup pada anak-anaknya. Hal ini tentunya bukan hanya membuat hidup orang tersebut menderita, tetapi juga merepotkan anak-anak yang ditumpanginya. Belum lagi jika orang tersebut sakit kritis yang memerlukan perawatan medis dalam jangka waktu lama, tentunya akan menghabiskan seluruh dana pensiun yang telah diterima.

Oleh karena itu, dana pensiun sangat penting untuk direncanakan, terutama bagi mereka yang menginginkan kejejahteraan hidup di masa lansianya. Pepatah yang mengatakan, “Muda kaya raya, Tua sejahtera” sangat mungkin direalisasikan dengan perencanaan dana pensiun yang matang sejak dini.

Anda ingin memiliki hari tua yang sejahtera dan perlu bantuan profesional untuk perhitungannya? Silakan hubungi kami via nomor kontak yang tersedia. Kami siap membantu Anda sesuai dengan kebutuhan Anda.

Salam Planners…

Morning Planners

Mumpung masih di awal bulan, atur keuangan Anda agar cukup untuk belanja di kehidupan Anda saat ini dan mencicil untuk kehidupan Anda dan keluarga Anda di  masa yang akan datang…

Simak tulisan saya selanjutnya tentang perencanaan dana pensiun siang ini…

Salam Planners

*FH*

Dear Planners…

Sukses itu bukan bawaan dari lahir, tapi diperoleh dengan usaha, doa, dan ketekunan dalam berusaha…

So, jadikan segala kekuranganmu sebagai pemacu untuk mencapai impianmu, karena SUKSES adalah HAK kita semua…

Salam Sukses

*FH*

Me, My Dreams, and My Being a Financial Planner (3)

Siang Planners… Bagaimana kegiatan Anda di hari Senin ini? Semoga semua urusan Anda berjalan lancar dan penuh semangat…

Kemarin saya sudah bercerita tentang diri saya dan mimpi besar saya. Hari ini saya akan lanjutkan dengan latar belakang saya menjadi seorang Perencana Keuangan. Mungkin ada di antara Anda yang bertanya-tanya, kenapa saya terpanggil untuk menjadi seorang Perencana Keuangan? Bukan kah penghasilan dari usaha klinik 24 jam dan apotek saja sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Memang, untuk saat ini penghasilan saya sudah lebih dari cukup. Tapi, entah di masa depan, bisa bertambah atau bisa juga berkurang. Semoga selalu bertambah ya… aamiin… 🙂

Setiap manusia tidak pernah tahu tentang jalan hidupnya masing-masing, akan seperti apa nantinya di masa depan. Kita dilahirkan, berkembang menjadi dewasa, menikah, dan memiliki keturunan serta keinginan untuk keluarga kita di masa depan.  Namun, pada akhirnya Tuhan juga yang menentukan takdir hidup kita. Yang bisa kita lakukan hanya berbuat yang terbaik untuk mencapai segala keinginan kita agar bisa tercapai.

Begitu pula yang terjadi ketika saya memutuskan untuk menikah dengan almarhum suami. Ketika itu kami memiliki impian besar dan menyiapkan segalanya untuk bersama-sama mencapai impian itu. Namun takdir mengatakan lain, almarhum lebih dulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa setahun yang lalu. Pada awalnya saya sempat bingung dan tidak tahu ke mana arah dan tujuan hidup saya, mau dibawa ke mana masa depan saya dan anak-anak saya. Saya hanya berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk jalan yang terbaik bagi kami bertiga. Syukurlah, tidak lama setelah itu ada seorang teman almarhum (yang juga dokter umum) yang datang kepada saya menawarkan sebuah kesempatan bisnis yang sangat bagus, yaitu menjadi seorang Perencana Keuangan pada Prudential Life Assurance.

Tadinya saya tidak terlalu tertarik untuk mendalami bisnis ini, karena terus terang pada waktu itu saya merasa sudah cukup dengan penghasilan saya, dan hanya penasaran tentang alur pengelolaan uang premi yang kami investasikan setiap bulan, juga bagaimana perusahaan asuransi ini memberikan uang pertanggungan atas klaim para nasabahnya. Sebagai informasi, sebelum almarhum meninggal, kami sudah membuka beberapa polis asuransi unitlink di Prudential serta beberapa perusahaan asuransi lain yang tidak perlu disebutkan namanya. Alhamdulillah, dari semua perusahaan asuransi tersebut hanya Prudential yang dapat memberikan pelayanan terbaik untuk kami.

Setelah saya mendalami ilmu perencanaan keuangan dan menjalani bisnisnya, semakin besar manfaat yang saya rasakan. Saya pikir, alhamdulillah saya dan almarhum (walaupun waktu itu masih belum secara sadar) sudah melakukan perencanaan keuangan sejak dini. Sehingga, ketika almarhum meninggal, keluarga yang ditinggalkan (terutama saya dan anaka-anak) tidak merasa kebingungan untuk melanjutkan hidup kami, sebagaimana layaknya ketika almarhum masih ada. Selain dipakai untuk mencicil tabungan biaya kuliah anak-anak kami nanti, Uang Pertanggungan yang diperoleh dari asuransi yang sudah kami investasikan juga dapat saya manfaatkan untuk membuka klinik kami yang ke-tiga, sebagaimana yang sudah direncanakan oleh almarhum sebelum dia meninggal.

Di sini, saya merasa bahwa asuransi+investasi itu sangat besar manfaatnya, terutama ketika kita mengalami kejadian yang terburuk dalam hidup kita, kita masih bisa menghadapinya dengan tersenyum.

Namun sayangnya, belum semua orang di negeri ini yang sadar akan pentingnya membuka polis asuransi. Berdasarkan survey terkini, dari 24,1 juta orang kelompok masyarakat menengah ke atas di Indonesia, hanya 4,4 juta orang mempertimbangkan untuk membeli polis asuransi jiwa (Prudential NLC Report). Jumlah tersebut masih sangat minim sekali bila dibandingkan dengan jumlah seluruh rakyat Indonesia. Bagaimana dengan masyarakat menengah ke bawah? Padahal, kalau dianalisa lebih lanjut, justeru kelompok masyarakat yang ke-dua lah yang sangat membutuhkan manfaat asuransi bagi keberlangsungan hidup keluarganya, apabila si pencari nafkah mengalami musibah dan tidak dapat bekerja seperti biasa.

Berdasarkan fakta dan pengalaman saya itu lah, saya akhirnya terpanggil untuk menjalani profesi dan bisnis yang sarat amanah ini. Bukan semata-mata untuk kepentingan saya sendiri, melainkan untuk Anda semua. Karena saya memiliki cita-cita baru, yaitu agar semua rakyat Indonesia sadar akan pentingnya asuransi dan tetap memiliki kehidupan yang layak dan bahagia walau pun si pencari nafkah utama sudah tidak bisa lagi menjalani fungsinya sebagai kepala rumah tangga.

Terima kasih untuk dr. Sanjaya Sofian, M.Kes. yang sudah membuka jalan untuk saya menjadi seorang perencana keuangan. Semoga kita semua dapat seterusnya bekerja dalam satu team dan menggapai sukses bersama-sama… aamiin…

Salam Planners

*FH*

SEMANGAT SENIN PAGII

Halo Planners…

Bagaimana sarapan Anda hari ini? Semoga selalu sempat sarapan pagi ya…

Jangan lupa ikuti terus berita kami setiap hari jam 12.00 – 13.00.  Siang ini saya akan berbagi tips rahasia bagaimana ketika kita mengalami kejadian yang terburuk dalam hidup kita, kita masih bisa menghadapinya dengan tersenyum masih di “Me, My Dreams, and My Being a Financial Planner (3)”.  Stay tuned…

Salam Planners…

*FH*

Selamat malam Planners…

Selamat beristirahat, semoga Anda telah merencanakan keuangan Anda dengan baik sehingga dapat tidur nyenyak malam ini…

Salam Planners…

*FH*

Me, My Dreams, and My being a Financial Planner (2)

Selamat siang Planners… Bagaimana santap siang Anda di Minggu siang ini? Semoga Anda sekeluarga masih diberi nikmat sehat, nikmat umur, serta rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT… Aamiin…

Kemarin siang, kami sudah memperkenalkan diri dan menginformasikan latar belakang kami. Hari ini, saya akan lanjutkan dengan bercerita tentang impian saya. Setiap orang pasti memiliki impiannya masing-masing, entah itu berhubungan dengan finansial atau pun status sosial. Namun pada hakikatnya, apa pun impian kita itu harus kita capai dengan melakukan action dari diri kita sendiri mulai saat ini, bukan?

Impian ini berawal dari ketika saya dan almahum suami memutuskan untuk menikah. Seperti halnya pasutri muda lain yang baru menapaki mahligai rumah tangga, kami sama sekali belum memiliki harta apa-apa. Jangankan tempat usaha, rumah pun kami tidak memilikinya karena memang pada waktu itu kami menikah pada usia yang masih sangat muda, 22 dan 24 tahun, di mana saya masih menyelesaikan skripsi S1 saya dan almarhum baru memulai progam koasistensi kedokteran umum. Terus terang, pada waktu itu kondisi finansial kami masih seratus persen ditopang oleh kedua orangtua kami, seperti halnya mahasiswa yang masih belum berpenghasilan lainnya. Tempat tinggal pun masih di kos-kosan mahasiswa dekat kampus saya. Namun, pada saat itu kami berdua bertekad untuk tidak selamanya bergantung kepada orangtua. Karena suami saya dokter, kami pun bermimpi untuk suatu saat nanti kami bisa mendirikan sebuah pusat kesehatan seperti rumah sakit yang dapat memberi kesejahteraan sosial bagi karyawan, pasien, dan masyarakat sekitarnya.

Sejak itu, kami berdua selalu menyisihkan sebagian kiriman dari orangtua kami untuk menabung. Kebetulan almarhum pandai mengelola keuangan. Setiap kali mendapat kiriman uang dari orangtua selalu dibagi-bagi (diposkan) di awal untuk berbagai keperluan, termasuk menabung dan berzakat, sehingga kami tidak kebingungan untuk memenuhinya.

Selesai koasistensi, alhamdulillah almarhum diterima menjadi PNS di sebuah instansi pemerintah. Dari sana, sedikit demi sedikit kami bisa mengurangi beban orangtua kami, sampai akhirnya kami memberanikan diri untuk membuka klinik praktek dokter 24 jam di daerah Cibaduyut. Dari sana, kami benar-benar mengalami pahit-manisnya kehidupan. Pada awal dibukanya klinik tersebut, jumlah pasien yang berobat hanya satu-dua orang per hari, kadang seharian tidak ada pasien sama sekali.

Di sinilah kesabaran kami benar-benar diuji. Selama enam bulan berturut-turut kenaikan jumlah pasien masih minim sekali, sehingga kami terpaksa harus mengeluarkan dana ekstra dari tabungan yang sudah dikumpulkan untuk menutupi biaya operasional. Seringkali almarhum pulang dengan wajah letih dan tidak bersemangat, ingin segera menutup klinik tersebut, tapi pikiran negatif itu selalu berhasil kami halau dengan terus berkeyakinan penuh bahwa pada akhirnya kami bisa melalui semua itu.

Alhamdulillah, setelah bulan ke-enam, pasien klinik terus bertambah dengan pesat sehingga biaya operasional pun bisa tertutupi dan kami mulai bisa memetik hasilnya. Sedikit demi sedikit, impian kami mulai menjadi nyata, dengan dibukanya apotek dan sebuah klinik baru di daerah Cicalengka.

Di sini dapat diambil pelajaran bahwa untuk meraih mimpi/impian yang besar, kita harus memulainya dengan langkah-langkah kecil. Jangan mudah putus asa dalam berusaha, karena masa sulit hanya berlangsung sementara. Terus melangkah dan berjuang, walau pun jalan yang ditempuh masih berkabut tebal dan berbatu.

Besok, kami akan lanjutkan cerita tentang mimpi saya dan alasan mengapa akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang perencana keuangan. Stay tuned…

Salam Planners

*FH*

 

Motivasi Pagi

Morning Planners…

Jika Anda memiliki mimpi besar, KEJAR mimpi itu dengan MELAKUKAN langkah-langkah kecil untuk mencapainya… Jangan pernah mengubah mimpi Anda, tetapi ubahlah cara Anda mencapainya…

SEMANGAAATTT

Salam Planners

*FH*

Renungan Malam

Dear Planners…

Dalam menggapai impian, seringkali kita dihadapkan kepada perasaan takut tidak dapat mencapainya yang berasal dari pikiran kita sendiri, yang pada akhirnya hanya akan menghambat perjalanan kita dalam meraih impian tersebut, atau bahkan memupuskan harapan kita untuk meraihnya…

Mulai sekarang, LURUSKAN NIAT, katakan kepada diri Anda bahwa “SAYA PASTI BISA MENGGAPAINYA”. Dengan perencanaan yang matang dan terarah, insyaAllah, kita semua dapat meraih impian kita…

Selamat beristirahat,

Salam Planners

*FH*

Me, My Dreams, and My Being a Financial Planner (1)

Pada ulasan yang lalu, kami sudah membahas beberapa topik tentang Perencanaan Keuangan dan Perencanaan Dana Pendidikan. Sebelum lanjut ke topik pembahasan berikutnya, yaitu mengenai Perencanaan Dana Pensiun, saya ingin membagi sedikit informasi mengenai latar belakang saya dan rekan saya kepada Anda semua. Ada pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, izinkan kami memperkenalkan diri.

Nama saya Fatma Helmiyantriyani, S.S, M.Pd, QWP®. Melihat titel saya, Anda pasti bertanya-tanya, singkatan dari apakah QWP®? Ya, QWP® adalah singkatan dari Qualified Wealth Planner®, salah satu sertifikasi untuk Praktisi Perencana Keuangan yang diakui secara internasional dari IAFP Global Singapura. Dengan latar belakang pendidikan tersebut, kami dapat memberikan solusi keuangan secara komprehensif dan personal, dengan manfaat proteksi dan investasi yang maksimal. Motto saya adalah: “Hidup akan terasa lebih “hidup” apabila setiap hari bisa memberi manfaat bagi orang lain dan selalu bersikap optimis”.

Rekan saya, dr. Sanjaya Sofian, M.Kes, adalah seorang praktisi di bidang kesehatan. Selain sebagai dokter umum, beliau juga seorang Perencana Keuangan yang handal dengan perhitungan yang matang mengenai investasi, terutama Reksadana dan Saham. Dengan pengalamannya berinvestasi pada kedua jenis investasi tersebut, kami dapat memberikan solusi mengenai jenis investasi yang tepat bagi Anda dan kebutuhan keuangan Anda, sehingga impian/tujuan Anda dapat tercapai.

Melihat latar belakang kami yang sangat berbeda, Anda pasti bertanya-tanya, bagaimana kami bisa bergabung dalam team perencana keuangan Champione Wealth Planner? Ya, kami berdua sama-sama Perencana Keuangan pada Prudential Life Assurance, perusahaan asuransi terbesar dan terpercaya di Indonesia dengan berbagai penghargaan atas prestasinya di bidang investasi Reksadana dan Unitlink (Klik berita di The Jakarta Globe dan Info Keuangan). Seperti motto kami, WEALTH (with Warmth, Empathy, Assurance, Love, Trust, and Honesty), kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan solusi perencanaan keuangan yang terbaik, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Anda…

Sekian mengenai latar belakang kami. Nantikan tulisan kami berikutnya mengenai mimpi dan latar belakang saya menjadi seorang Perencana Keuangan.

Salam Planners…

*FH*