Malam planners..
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. – Mario Teguh –
Malam planners..
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. – Mario Teguh –
Siang planners..
Berikut adalah beberapa mitos yang salah tentang perencanaan keuangan pranikah :
#1 Membicarakan keuangan itu hal yang tabu
Berdasarkan data, perceraian karena masalah keuangan/ekonomi adalah penyebab perceraian no. 2 di Indonesia. Berkaca dari hal ini, mempelajari tentang bagaimana merencanakan keuangan sedini mungkin, paling tidak sebelum menikah, menjadi hal yang sangat penting. Masalah keuangan/ekonomi memang banyak jenis dan sebabnya, namun hal yang paling mendasar mungkin adalah kurangnya komunikasi dan keterbukaan istri dan/atau suami soal keuangan. Bisa jadi karena sejak awal membicarakan keuangan dianggap sebagai hak yang tabu, maka masing-masing tidak pernah mengetahui kemampuan keuangan atau kemampuan mengelola keuangan, karena pada saat sebelum menikah menjaga citra atau istilahnya jaim pada pasangan, khawatir dinilai kurang baik secara kemampuan finansial.
Padahal jika sejak sebelum menikah, hal di atas telah dibahas bersama calon pasangan, sejak awal telah diketahui kira-kira pada saat menikah, tingkat kehidupan keluarga akan berawal di titik mana dan kemudian ditingkatkan seiring dengan berjalannya waktu? Dengan demikian tidak akan ada pihak yang merasa kecewa atau merasa kaget ternyata pasangannya begini dan begitu.
#2 Setelah menikah akan otomatis dapat mengelola keuangan dengan baik
Perencanaan keuangan merupakan pengetahuan yang tidak dapat secara otomatis didapatkan, tetapi harus dipelajari. Jangan berpikir ketika Anda sah menikah nanti, secara otomatis Anda dapat memahami seluruh seluk-beluk pernikahan, mengatur keuangan salah satunya.
#3 Merencanakan keuangan bisa ditunda
Banyak sekali pasangan yang telah menikah selama bertahun-tahun namun tetap tidak bisa mengelola keuangan keluarga. Selalu menunda untuk belajar adalah salah satu penyebabnya. Saat dianjurkan untuk belajar mengelola keuangan sejak sebelum menikah, mereka menunda karena sedang sibuk mempersiapkan pernikahan, nanti saja setelah menikah. Selepas menikah, mereka menunda lagi dengan alasan ingin menikmati dulu masa awal menikah. Setelah setahun berlalu dan disarankan untuk mulai memilikirkan biaya untuk anak, lagi-lagi menunda dengan alasan nanti saja jika anaknya sudah lahir, dan seterusnya hingga saatnya anak sekolah atau ingin membeli sesuatu seperti rumah atau kendaraan tau-tau mereka menyadari bahwa selama ini tidak ada tabungan yang mereka simpan. Anda dan pasangan tentu tidak ingin hal ini terjadi, bukan? Jika tidak mau, mari belajar merencanakan keuangan sejak saat ini.
Pagi planners..
Maka janganlah hanya menginginkan yang mudah. Janganlah keinginanmu untuk yang mudah, menjauhkanmu dari belajar menguasai yang sulit. Sesungguhnya, karena kemampuanmu lebih besar daripada semua kesulitanmu, kehidupan ini yang sebetulnya sama sulitnya bagi semua orang, akan tampil sangat mudah bagimu, dan akan berlaku sangat ramah kepadamu. -Mario Teguh-
Selamat memulai aktivitas..
Malam planners..
Yang Anda pikirkan menentukan yang Anda lakukan. Dan yang Anda lakukan, menentukan yang Anda hasilkan. Maka ukuran dan kualitas dari pikiran Anda, menentukan ukuran dan kualitas hasil dari pekerjaan Anda. -Mario Teguh-
Siang planners..
Setelah Anda dan pasangan melakukan check up keuangan, kini saatnya belajar tentang bagaimana merencanakan keuangan untuk kedepannya.
Perencanaan keuangan merupakan pengetahuan yang tidak dapat secara otomatis didapatkan, tetapi harus dipelajari. Jangan berpikir ketika Anda sah menikah nanti, secara otomatis Anda dapat memahami seluruh seluk-beluk pernikahan, mengatur keuangan salah satunya.
Sikap keuangan seseorang ditentukan oleh latar belakang keluarga, pola asuh, pengalaman, toleransi terhadap resiko, pendidikan, dan banyak hal lainnya.
Berdasarkan data, perceraian karena masalah keuangan/ekonomi adalah penyebab perceraian no. 2 di Indonesia. Berkaca dari hal ini, mempelajari tentang bagaimana merencanakan keuangan sedini mungkin, paling tidak sebelum menikah, menjadi hal yang sangat penting.
Bagaimana memulainya?
1. Rencanakan acara pernikahan Anda
Komunikasikan kemampuan finansial Anda kepada pasangan dalam mempersiapkan acara pernikahan. Dari sini, Anda dan pasangan dapat mendiskusikan perihal tempat resepsi, jumlah undangan, dekorasi, tata rias, makanan yang akan disajikan, dst. Pertimbangkan pula keinginan orang tua dan budaya masing-masing.
Saat ini banyak sekala jasa wedding organizer dan paket pernikahan, Anda dapat mempertimbangkan untuk menggunakan jasa dan paket pernikahan ini.
2. Tetapkan siapa yang akan mengelola keuangan, apakah istri, suami, atau dikelola bersama.
3. Buat pos-pos pengeluaran dan pos-pos tabungan.
Karena Anda dan pasangan berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, pola asuh yang berbeda, memiliki pengalaman yang berbeda, maka perilaku mengelola keuangan pu tentu berbeda. Memang diperlukan proses adaptasi perilaku keuangan di awal masa pernikahan. Ada orang yang ketika mendapatkan penghasilan, langsung dibelanjakan, baru sisanya ditabung. Ada pula yang ketika mendapatkan gaji, ditabungkan dulu, baru sisanya dibelanjakan. Sikap keuangan yang benar adalah sikap yang kedua, ditabung dulu, baru sisanya untuk keperluan sehari.
Sepakati bersama bahwa mulai saat ini, Anda dan pasangan akan menerapkan sikap yang kedua tadi.
4. Persiapkan dana darurat.
Dana darurat adalah dana yang dipersiapkan apabila terjadi hal-hal yang bersifat darurat, seperti orang tua sakit, dsb. Besarnya adalah 3-6 kali pengeluaran bulanan Anda dan pasangan. Misalnya setelah dihitung, Anda dan pasangan akan memiliki pengeluaran bulanan sebesar 5 juta rupiah, maka saat awal menikah nanti, dana darurat yang harus mulai dikumpulkan sebesar 15 juta – 30 juta rupiah.
5. Rencanakan tujuan keuangan jangka pendek
Tujuan keuangan jangka pendek adalah tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam waktu 0-5 tahun ke depan setelah pernikahan. Contoh tujuan keuangan jangka pendek adalah mempersiapkan kelahiran anak, membeli rumah, kendaraan, dsb.
6. Rencanakan tujuan keuangan jangka menengah
Tujuan keuangan jangka menengah adalah tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam waktu 6-10 tahun ke depan setelah pernikahan. Contoh tujuan keuangan jangka menengah adalah mempersiapkan dana pendidikan anak dari mulai TK hingga SMA.
7. Rencanakan tujuan keuangan jangka panjang
Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam waktu lebih dari 10 tahun setelah pernikahan. Contoh tujuan keuangan jangka panjang adalah mempersiapkan dana pendidikan kuliah anak, dana pensiun, dsb.
Segala sesuatu yang terencana tentu akan membuat kehidupan berumah tangga lebih terarah, dan ini dapat dijadikan sebagai motivasi dalam bekerja dan meraih kesuksesan.
Salam perencanaan..
Pagi planners..
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan. -Mario Teguh-
Selamat berkumpul bersama keluarga..
Malam planners..
Janganlah engkau membakati kemalasan. Karena ketahuilah, bahwa bahkan setan pun tidak tertarik untuk mengganggu orang malas. Karena kemalasan itu sudah lebih dari cukup untuk mengkerdilkan kehidupan anak manusia, apa pun kehebatan yang aslinya ada pada dirinya. -Mario Teguh-
Siang planners..
Menjelang pernikahan, umumnya calon pengantin menjalani proses premarital check up, yaitu pemeriksaan kesehatan, terutama kesehatan organ reproduksi. Selain memeriksakan kesehatan, check up keuangan pranikah juga penting untuk dilakukan. Check up keuangan dapat dilakukan dengan berdiskusi tentang masalah keuangan bersama pasangan. Namun sayangnya hal ini belum menjadi prioritas atau bahkan banyak pasangan yang belum memiliki kesadaran untuk mendiskusikan keuangan sebelum memasuki bahtera rumah tangga. Padalah check up keuangan, yang lebih menekankan pada diskusi dan keterbukaan mengenai keuangan, akan berpengaruh besar terhadap kehidupan rumah tangga kedepannya.
Tidak adanya keterbukaan pasangan mengenai keuangan akan menyulitkan keduanya dalam menjalani rumah tangga karena pengeluaran dan kebutuhan seseorang saat menikah akan berbeda dengan ketika ia masih lajang. Meskipun rumah tangga ditopang oleh penghasilan ganda dari pasangan yang keduanya bekerja, bukan berarti kondisi finansial Anda sudah baik, apalagi jika pasangan menikah tidak memiliki tujuan keuangan dan visi yang sama dalam menjalankan rumah tangga.
Tujuan keuangan perlu dibicarakan sebelum menikah. Jangan menganggap masa depan akan terjamin karena pasangan memiliki penghasilan yang besar. Jika memiliki penghasilan besar tapi hobi menghambur-hamburkan uang, maka tidak akan ada artinya.
Pemeriksaan keuangan pranikah dapat dilakuan dengan menggunakan topik pembicaraan yang telah kami bahas kemarin dalam bahasan Tanyakan Hal Ini Pada Calon Pasangan Anda Sebelum Menikah, namun dapat juga lebh mendetail seperti jumlah penghasilan dan pengeluaran masing-masing, besar kepemilikan hutang, dan sebagainya. Dengan demikian Anda dan pasangan dapat sama-sama menentukan tujuan dan strategi keuangan bersama berdasarkan data tersebut, juga dapat merencanakan dan mengelola keuangan lebih baik lagi.
Keterbukaan keuangan sangat penting bagi pasangan. Banyak orang yang semasa pendekatan tidak mengetahui persis kebiasaan pasangannya dalam mengelola keuangan. Misalnya bisa jadi saat masa pendekatan, calon pasangan sering memberikan hadiah pada Anda, namun ternyata menggunakan kartu kredit, dan saat Anda menikah, Anda berdua memiliki hutang kartu kredit yang banyak, dan kini itu menjadi tanggunan Anda berdua. Hal seperti ini jika tidak dibicarakan akan berdampak buruk bagi kondisi keuangan rumah tangga.
Dengan pembicaraan keuangan pranikah, Anda dan pasangan dapat menyelesaikan masalah keuangan personal sebelum memulai perjalanan baru, dapat merencanakan keuangan sejak dini, memudahkan perjalanan rumah tangga Anda karena hidup lebih terencana, bebas dari masalah finansial masa lalu, dan siap menyambut masa depan bersama pasangan.
Pagi planners..
Keberhasilan ditentukan oleh 99% perbuatan dan hanya 1% pemikiran. -Albert Einstein-
Malam planners..
Keberhasilan ditentukan oleh 99 % perbuatan dan hanya 1 % pemikiran.