Dear Planners,
Mungkin beberapa orang diantara Anda merasa aneh dengan judul diatas. Pada umumnya orang tua memberikan wujud cinta kepada keluarga berupa benda materi (seperti rumah yang nyaman, kendaraan, jalan-jalan ke luar negri, makan di tempat mewah, dan sebagainya) atau berupa non materi seperti pendidikan anak yang terbaik, liburan dan waktu bersama keluarga yang berkualitas, dan sebagainya. Apa hubungannya dengan Asuransi Jiwa?
Mari Kita lihat berdasarkan kisah dibawah ini :
Bapak Ali saat ini berusia 35 tahun, menikah dengan istri idamannya yang berusia 34 tahun. Mereka dikaruniai 2 orang anak, putra berusia 5 tahun dan seorang putri berusia 2 tahun. Bapak Ali bekerja di perusahaan swasta terkemuka di Indonesia. Posisi nya cukup baik dengan penghasilan bersih sekitar Rp 20.000.000/bln. Karena merasa penghasilan dan tunjangan keluarganya cukup, maka Bapak Ali melarang istrinya untuk bekerja mencari nafkah. Istrinya ditugaskan untuk membimbing kedua anaknya di rumah saja bersama seorang asisten rumah tangga. Kehidupan mereka lancar-lancar dan tergolong nyaman dimata orang lain. Pasangan ini berencana memberikan pendidikan yang terbaik bagi kedua anaknya di luar negri sampai minimal S2. Masa pensiun pak Ali dan istri direncanakan akan dihabiskan di sebuah pulau di luar negri, bersantai menghabiskan waktu setelah sekian lama bekerja keras. Usia pensiun diPerusahaan tempat pak Ali bekerja adalah 55 tahun. Uang pensiun dijanjikan sebesar 1 Milyar. Suatu ketika datang agen asuransi jiwa untuk menawarkan Bapak Ali untuk memiliki sebuah produk asuransi jiwa sebagai bukti cinta terhadap keluarga nya. Namun karena fasilitas kesehatan di kantornya sudah mengcover semua biaya kesehatan, maka pak Ali dengan tegas menolak. Selain itu Ia merasa diri nya sehat serta rajin olah raga. Bicara tentang uang meninggal pun Ia tidak nyaman, karena terkesan seperti akan meninggal cepat. Waktu terus berlalu, 2 tahun kemudian, saat perjalanan pulang dari kantor, mobil yang pak Alu tumpangi mengalami musibah kecelakaan dan nyawa pak Ali tak tertolong. Istri pak Ali serta kedua anaknya sangat sedih kehilangan sosok suami dan ayah yang sangat baik dan perhatian. Beberapa bulan berlalu kesedihan sudah lebih berkurang, namun istri almarhum pak Ali mulai gelisah, rekening tabungan nya mulai berkurang tanpa pemasukan. Saldo total aset nya kurang dari 3 Milyar, sedangkan mereka berencana memerlukan uang sekitar 10 Milyar untuk memenuhi kebutuhan impian nya, terutama untuk pendidikan anak-anak. Sang istri mulai berpikir untuk bekerja untuk mencari nafkah supaya impian mereka tetap terlaksana, minimal untuk kedua anaknya.
Berkaca dari kisah tersebut, beberapa diantara Anda mungkIn pernah mendengar langsung kisah yang mirip seperti cerita tersebut, atau bahkan sudah mengalaminya. Nah seumpama waktu dulu, almarhum pak Ali bersedia memiliki asuransi jiwa dengan uang perTanggungan yang sesuai kebutuhan, seandainya 5 atau bahkan 10 Milyar, maka mungkin Sang istri tidak perlu bekerja dan dapat menikmati gaya hidup sePerti sedia kala. Inilah bentuk rasa cinta kepada keluarga Anda. Karena asuransi jiwa dibeli bukan untuk mendoakan seseorang cepat meninggal, namun karena masih ada orang atau keluarga yang harus hidup walau sang pencari nafkah tiada.
Namun manajemen atau penilaian berapa uang pertanggungan dan manfaat asuransi yang tepat, perlu perencanaan yang baik. Inilah gunanya tenaga perencana keuangan. Konsultasilah dengan mereka untuk merencanakan masa depan Anda.
Selamat Beraktivitas