True Story: Nasihat Sesat Seorang Sahabat Membuat Keluargaku Melarat

Sahabat biasanya selalu memberikan nasihat dan saran yang bermanfaat bagi kita. Namun, apa jadinya jika nasihat yang diberikan ternyata sesat dan malah membuat keluarga kita menjadi melarat? Simak cerita berikut ini.

Pak Donny dan Pak Amir bersahabat sejak kelas 2 SMA. Mereka selalu bersama sampai akhirnya dewasa dan berkeluarga. Sebagai sahabat, mereka saling peduli dan memiliki pengaruh di dalam kehidupan mereka masing-masing. Suatu hari, Pak Donny membuka tabungan Asuransi jiwa berjangka dengan uang pertanggungan (UP) 1 M, manfaat penyakit kritis 500 juta, dan pertanggungan biaya rawat inap 1juta perhari. Setelah Menabung Selama dua bulan, Pak Donny bertemu Pak Amir dan menceritakan tabungannya itu. Namun, Pak Amir justru menertawakan dan menyarankannya agar segera menutup tabungan itu, karena menurutnya tabungan Asuransi jiwa dan kesehatan itu hanya berguna untuk orang tua yang suka sakit-sakitan dan sebentar lagi akan meninggal dunia. Sedangkan Pak Donny adalah orang yang rutin berolahraga, menjaga pola makan, dan masih muda (40 tahun). Dilihat dari gaya hidup Pak Donny, kelihatannya sangat mustahil kalau dia bisa terkena penyakit kritis dan cepat meninggal. Oleh karenanya, membuka tabungan Asuransi jiwa dan kesehatan adalah ide yang bodoh, karena manfaatnya tidak akan bisa dirasakan. Mendengar nasihat dari sahabatnya itu, Pak Donny berpikir sebentar lalu pergi menemui agennya untuk menutup polisnya.

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa, tiga bulan sudah berlalu sejak Pak Donny menutup polisnya. Suatu hari, ketika Pak Donny sedang latihan futsal tiba-tiba dia merasakan sakit yang luar biasa pada dada kirinya, lalu sesak nafas dan pingsan. Untung teman-teman Pak Donny yang lain langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit, Pak Donny didiagnosa menderita penyakit jantung koroner. Agar nyawanya bisa diselamatkan, dokter menyarankannya untuk segera menjalani operasi bypass. Namun, uang tabungan yang mereka miliki ternyata tidak cukup untuk membiayai perawatan di rumah sakit dan operasi tersebut. Akhirnya, terpaksa istri Pak Donny berhutang ke saudaranya agar dapat menutupinya.  Sayangnya, nyawa Pak Donny tidak bisa diselamatkan. Dia meninggal sejam setelah operasi. Kini, tinggal istri Pak Donny yang kebingungan dan stress karena tumpuan hidup keluarga telah pergi meninggalkannya seorang diri dengan hutang yang sangat banyak serta tiga orang anak yang masih kecil. Sedangkan Pak Amir hanya bisa merenungi nasib keluarga sahabatnya itu tanpa bisa banyak membantu karena dia juga memiliki tanggungan keluarganya sendiri. Seandainya Pak Donny tidak menutup tabungan asuransinya, mungkin kehidupan keluarganya tidak akan menderita seperti sekarang ini.

Planners, kejadian di atas seringkali Kita temui di kehidupan sehari-hari. Seringkali Kita berpikir bahwa orang sehat tidak perlu Asuransi jiwa dan kesehatan, sehingga Kita tidak perlu membeli polis Asuransi.

Namun, pemikiran tersebut tidak benar. Justru ketika Kita sehat, Kita harus buru-buru membeli polis Asuransi kesehatan yang cukup apabila (amit-amit) kita jatuh sakit. Justru ketika Kita masih hidup, Kita dapat merencanakan dana warisan yang cukup bagi keluarga tercinta yang akan Kita tinggalkan melalui Asuransi jiwa. Seperti kata Mario Teguh:

“Uang Kecil untuk membayar uang Besar, itulah Asuransi.”

Bagaimana dengan anda? Salam Planners

Indahnya bersahabat

Pagi planners… Setiap orang pasti memiliki minimal seorang sahabat di dalam hidupnya, yang selalu ada di kala senang maupun susah, berani meluruskan ketika kita berbuat salah, serta selalu memberikan semangat yang menguatkan di kala kita goyah…

A friend is one that knows you as you are, understands where you have been, accepts what you have become, and still, gently allows you to grow

–William Shakespeare

Seorang sahabat adalah orang yang mengenalmu apa adanya, memahami asal-usulmu, menerima keadaanmu, dan, tetap membuatmu bertumbuh..

Namun, apa jadinya bila nasihat seorang sahabat malah membuat kehidupan keluarga Anda melarat? Ikuti ceritanya di berita kami siang ini…

Tetap semangat bersahabat…

Renungan Malam

Dalam menjalani hidup ini, seringkali kita dibayangi oleh rasa khawatir berlebihan yang biasanya hanya berasal dari pikiran kita saja. Namun, sebenarnya perasaan yang tidak menentu tersebut dapat kita atasi dengan melakukan perencanaan yang matang dan merealisasikan perencanaan itu. Mari kita simak kutipan berikut ini:

“Worry does not empty tomorrow of its sorrow, it empties today of its strength.” 
― Corrie ten BoomClippings from My Notebook

Kekhawatiran tidak menghilangkan kesedihan pada hari esok, namun kekhawatiran menghilangkan kekuatan (Anda) pada hari ini.

Anda ingin menghilangkan kekhawatiran dalam hidup Anda? Segera hubungi kami untuk merencanakan keuangan Anda 😉

Salam Planners

Real Asset Vs. Paper Asset (3-Habis)

Dear Planners, paper asset lebih disukai dari pada real asset oleh masyarakat di negara maju karena dinilai lebih praktis, lebih mudah untuk dicairkan, dan tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Mari kita simak contoh kasus berikut ini…

Contoh kasus 3:

Untuk memiliki paper asset senilai Rp. 5 Milyar, Pak Rahmat (45 tahun) cukup  mencicil Rp. 8 Juta/bulan selama 10 tahun.
Kelebihan dari investasi ini adalah:

  1. Tidak ada Down Payment (DP) . Bandingkan dengan contoh kasus 1, di mana Pak Rahmat membeli rumah senilai Rp. 2,5 M, harus membayar DP Rp. 750 juta, dan cicilan Rp. 30 juta/bulan selama 10 tahun.
  2. Tidak ada maintenance fee.
  3. Tidak ada biaya iklan,
  4. Tidak ada biaya balik nama atau pun biaya Notaris.

Apabila Pak Rahmat membeli paper asset senilai Rp. 5 M dan dia meninggal dunia maka ahli warisnya langsung terima uang berupa cheque sebesar Rp. 5 Milyar ditambah hasil investasinya tanpa ada potongan pajak, walau seandainya Pak Rahmat baru mencicil satu kali 8 juta/bulan. Inilah sebabnya kenapa banyak orang di negara-negara maju tidak berminat untuk berinvestasi pada real asset, karena paper asset jauh lebih murah dan simpel.

Namun, bagaimana jika Pak Rahmat sudah terlanjur membeli rumah kedua dengan KPR seperti yang terdapat pada contoh kasus 1? Jawabnya, sisa uang yang Rp. 1.750.000.000,- didepositokan dengan hasil bunga 7,2 juta perbulan. Hasil tersebut ditambah Rp. 800 ribu diinvestasikan 8 juta perbulan untuk menciptakan paper asset senilai Rp. 5 Milyar.

Keuntungan lain yang dapat diterima oleh Pak Rahmat selain uang tunai dan warisan untuk anak-anaknya adalah perlindungan terhadap risiko cacat tetap total, penyakit kritis, dan rawat inap rumah sakit (apabila Pak Rahmat mengambil semua riders tersebut). Apabila pak Rahmat mengalami kecelakaan yang menyebabkannya lumpuh sehingga tidak bisa bekerja lagi, maka ia dapat menerima uang pertanggungan kecelakaan. Atau, apabila Pak Rahmat dinyatakan terkena penyakit kritis, maka dia juga bisa menerima uang pertanggungan penyakit kritis yang bisa dipakai untuk berobat, juga biaya rumah sakit yang ditanggung oleh asuransi. Di sini, walau pun Pak Rahmat sudah tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah lagi, keluarganya tidak perlu measa khawatir dan menjadi sengsara hidupnya karena seluruh biayanya sudah tersedia. Selain itu, jumlah tabungan Pak Rahmat juga tidak akan habis, bahkan bisa bertambah karena apabila Pak Rahmat terkena penyakit kritis, tabungan rutin bulanannya diteruskan oleh asuransi. Sebuah alternatif yang lebih menguntungkan, bukan?

Bagaimana menurut Anda?

Note :
Jika setoran Pak Rahmat :
– Rp. 5juta/bulan maka paper asset  yang terbentuk Rp. 3,6 M
– Rp. 4juta/bulan maka paper asset  yang terbentuk Rp. 2,8 M
– Rp. 2juta/bulan maka paper asset  yang terbentuk Rp. 1,4 M
– Rp. 1,5juta/bulan maka paper asset yang terbentuk Rp. 1 M

Usia pada ilustrasi pak Rahmat adalah 45 tahun, jika usianya lebih muda makanakan lebih kecil setoran preminya.
Untuk Ilustrasi berapa setoran real premi Anda? Silahkan hubungi kami.

Pagi Semangat

Dear Planners, sebelum Anda beraktifitas pagi hari ini, pastikan bahwa Anda telah sarapan terlebih dahulu, karena sarapan yang bergizi akan memberikan Anda lebih banyak tenaga lagi untuk terus beraktifitas dengan penuh semangat sampai sore nanti.

Salam Planners

Malam Planners

Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.” ― Lao Tzu

Sangat dicintai oleh seseseorang memberimu kekuatan, sementara sangat mencintai seseorang memberimu keberanian…

Selamat berencana dengan dan untuk orang-orang yang sangat anda cintai dan mencintai anda dengan tulus… 🙂

Real Asset Vs. Paper Asset (2)

Siang Planners, hari ini kami akan lanjutkan permbahasan tentang perbedaan antara real asset dan paper asset. Real asset tidak diminati oleh masyarakat di negara-negara berkembang karena selain karena tidak praktis, biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan cukup banyak,  juga terdapat risiko yang tinggi dalam investasi tersebut. Mari kita simak contoh kasus 2 berikut ini:

Contoh kasus 2:

Investasi dengan real asset dinilai cukup berisiko tinggi karena tidak adanya perlindungan terhadap risiko cacat tubuh dan penyakit kritis karena KPR tidak menyediakan asuransi untuk itu. Artinya, Pak Rahmat tetap diharuskan untuk membayar cicilan sebesar Rp. 30 juta per bulan selama dia masih hidup, walaupun sudah tidak mampu lagi untuk membayarnya. Apabila di tengah periode cicilan KPR Pak Rahmat mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kelumpuhan atau terkena penyakit kritis seperti kanker prostat, kanker paru-paru, serangan jantung, jantung koroner, dll. yang menyebabkannya tidak mampu bekerja lagi dan membutuhkan uang yang cukup banyak untuk mengobati penyakitnya, maka keluarganya bisa terancam mengalami penurunan taraf hidup.

Selain itu, karena tidak bekerja dan membutuhkan banyak uang untuk pengobatannya, maka Pak Rahmat harus mencairkan sebagian dari uang depositonya untuk membayar rumah sakit dan obat-obatan yang harganya sangat mahal. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya bunga deposito yang diterima oleh keluarga Pak Rahmat. Karena tidak ada income dari Pak Rahmat, jika istrinya tidak bekerja, maka satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah dengan mengambil uang tabungan mereka di Bank. Apabila penyakit kritis Pak Rahmat masih terus berkepanjangan, maka lama-lama uang depositonya akan habis untuk biaya pengobatan, biaya hidup, dan cicilan. Jika Pak Rahmat tidak mampu membayar cicilan lagi, maka rumah seharga Rp. 2,5 M tersebut akan disita oleh Bank. Akhirnya, ketika tutup usia, Pak Rahmat hanya meninggalkan sebuah rumah, atau bahkan hutang sebagai warisan untuk anak-anaknya. Na’udzubillah…

Oleh karena investasi real asset dinilai cukup merepotkan, memiliki tambahan biaya yang cukup banyak, tidak liquid, dan memiliki risiko tinggi, maka masyarakat di negara-negara maju merencanakan dana warisannya melalui paper asset asuransi jiwa. Seperti apakah investasi dalam bentuk ini? Kita ikuti kelanjutannya besok.

Selamat beraktifitas kembali…

Salam Planners

Motivasi Pagi

“Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own.” 
― Robert A. HeinleinStranger in a Strange Land

Cinta adalah suatu kondisi di mana kebahagiaan orang lain adalah yang terpenting bagimu.

Sudahkah Anda rencanakan kebahagiaan bagi orang-orang yang Anda cintai?

Selamat Malam Planners

Sebelum beristirahat, mari kita simak kutipan berikut ini:

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.” 
― H. Jackson Brown Jr.

Dua puluh tahun dari sekarang, Anda akan lebih dikecewakan oleh hal-hal yang tidak anda lakukan daripada hal-hal yang sudah anda lakukan. Jadi, jauhi hal-hal yang menghambat Anda dan beraksilah. Gapai semua mimpi Anda dengan bereksplorasi, bermimpi, dan menemukan.

Salam Planners

Real Asset Vs. Paper Asset (1)

Pada pembahasan yang lalu, telah kami bahas perencanaan dana warisan melalui paper asset asuransi jiwa. Lantas, apa yang membedakan berencana/berinvestasi dengan paper asset dan investasi dengan real asset seperti rumah, ruko, apartemen, tanah, logam mulia, dan lain-lain?

Di Indonesia, berinvestasi dengan paper asset masih belum terlalu populer. Masyarakat di negara kita lebih terbiasa dengan investasi real asset. Bahkan, banyak dari masyarakat kita yang memiliki rumah, ruko, atau  apartemen lebih dari satu. Pada dasarnya, berinvestasi dengan kedua jenis asset di atas sah-sah saja dan sama-sama menguntungkan. Namun, apakah ada perbedaan baik dari segi kepraktisan maupun keuntungan yang bisa diperoleh di antara kedua jenis investasi tersebut?

Pertama-tama, mari kita pelajari dulu salah satu contoh real asset, yaitu rumah. Biasanya, rumah pertama kita gunakan sebagai tempat tinggal, tetapi rumah kedua biasanya kita beli untuk tujuan berinvestasi agar dapat diwariskan ke anak-cucu kita.

Contoh kasus 1:

Pak Rahmat membeli rumah kedua senilai 2,5 Milyar. Karena pembelian rumah kedua ini adalah untuk berinvestasi, maka sebaiknya Pak Rahmat membelinya dengan KPR Bank, walaupun Pak Rahmat memiliki uang cash sebesar 2,5 M . Dengan membeli rumah tersebut via KPR, Pak Rahmat hanya perlu membayar uang muka sebesar 30% dari Rp. 2,5 M, yaitu sebesar Rp. 750 juta. Jika dengan Asumsi KPR selama 10 tahun dan Asumsi Bunga Efektif 12%/th, maka cicilan yang harus dibayar oleh Pak Rahmat adalah sekitar Rp. 30 juta/bulan. Pak Rahmat masih memiliki uang 1 Milyar 750 juta yang didepositokan di Bank dengan bunga deposito 5%/th, dapat bunga sekitar Rp. 7,2 juta/bulan.

Karena Pak Rahmat membeli rumah tersebut melalui KPR, jika saat berinvestasi Pak Rahmat meninggal dunia, walaupun misalnya dia baru membayar cicilan sebanyak satu kali, maka rumah tersebut dianggap lunas dan ahli warisnya berhak memiliki rumah tersebut. Hal ini terjadi karena KPR bekerjasama dengan asuransi jiwa, di mana jika kreditor meninggal dunia maka cicilan rumah tersebut dilunasi oleh pihak asuransi. Jadi, di sini Pak Rahmat hanya berinvestasi sebesar Rp. 750 juta. Walau pun Pak Rahmat baru mencicil sebanyak satu kali tetapi anak-anaknya sebagai ahli waris sudah memiliki rumah senilai 2,5 M, ditambah bunga deposito sebesar Rp. 7,2 juta/bulan. Hal ini sangat menarik, bukan?

Namun, investasi ini sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat di negara maju karena dinilai tidak praktis dan kurang menguntungkan. Real asset bersifat tidak liquid (tidak mudah dicairkan ke dalam bentuk uang tunai). Apabila ahli waris Pak Rahmat membutuhkan uang tunai karena Pak Rahmat sebagai pencari nafkah sudah tiada, maka kemungkinan besar rumah tersebut akan dijual. Namun, menjual rumah tidak semudah menjual kacang goreng, bukan? Ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan oleh si ahli waris:

  1. Biaya maintenance (perawatan) rumah, sebelum laku dijual.
  2. Biaya iklan atau fee untuk agen pemasaran sekitar 2-3% dari harga jual.
  3. Pajak penjual sebanyak 5% dari harga jual (apabila sudah laku).
  4. Biaya balik nama ke notaris agar rumah tersebut sah tercatat sebagai hak milik si ahli waris.

Dengan adanya biaya-biaya di atas, tidak heran jika banyak rumah warisan orang tua yang dijual murah oleh anak-anaknya karena mereka membutuhkan uang cash dengan cepat. Di sini, harta warisan dapat mengalami penurunan nilai secara signifikan.

Tentunya Anda tidak ingin harta warisan Anda untuk anak-anak Anda menjadi berkurang nilainya, bukan? Selain faktor kepraktisan dan keuntungan di atas, masih ada alasan lain mengapa real asset kurang digemari di negara-negara maju. Apakah itu? Mari kita ikuti berita siang selanjutnya besok di jam yang sama. Stay tuned…

Salam Planners