Post-lebaran Syndrome

Dear Planners,

Mungkin banyak di antara Anda yang juga sebagai ibu rumah tangga, sekarang ini sedang merasakan yang namanya Post-lebaran Syndrome…

Penyakit apa pula itu?? Sebenarnya, Post-lebaran Syndrome itu bukan penyakit, tapi suatu keadaan dimana para ibu rumah tangga yang terbiasa dilayani oleh seorang asisten/pembantu rumah tangga (ART) terpaksa harus kembali mengerjakan segala sesuatunya sendiri karena ART tersebut masih betah di kampung halamannya atau mendadak memutuskan untuk berhenti bekerja secara sepihak, baik karena ingin menikah atau tergiur dengan pekerjaan di tempat lain yang gajinya lebih tinggi. Keadaan ini saya namakan Post-lebaran Syndrome karena hampir setiap tahun fenomena ini terjadi setiap pasca-lebaran, dimana biasanya para ibu rumah tangga harus berjibaku sendiri dengan pekerjaan rumah tangga karena ART mudik ke kampung halamannya masing-masing.

Apabila Anda sekarang sedang mengalami kondisi ini, jangan panik. Hadapi dengan tenang semua pekerjaan rumah tangga yang menumpuk dengan mengerjakannya semampu yang Anda bisa. Selain itu, atur pikiran Anda untuk selalu berpikiran positif bahwa dengan tidak adanya ART pasti ada hikmahnya, seperti membantu program penurunan berat badan, misalnya, karena otomatis Anda harus “berolahraga” mengerjakan semua pekerjaan rumah. Selain itu, pos-pos pengeluaran Anda juga bisa berkurang karena Anda tidak usah menggaji ART lagi. Libatkan seluruh anggota keluarga Anda (suami dan anak-anak) untuk ikut bertanggung jawab mengurus pekerjaan rumah dengan berbagi tugas dengan mereka. Hal ini dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan mendidik anak-anak Anda untuk ikut bertanggung jawab dan peduli dengan pekerjaan rumah yang ada.

Demikian tips gawat darurat mengatasi Post-lebaran Syndrome dari kami, Semoga bermanfaat.

Selamat malam, selamat beristirahat, sampai jumpa esok pagi…

Salam Perencanaan

Tricks And Tips Mengelola Gaji Anda

Bosan dengan gaji Anda yang lima koma sekian? Maksudnya, setelah tanggal lima, langsung koma… hehehe… Begitulah kenyataan yang sering dialami seseorang yang tidak begitu pandai mengatur uang. Setinggi apa pun penghasilan yang dimiliki, selalu merasa kurang setiap bulannya. Apabila Anda termasuk orang yang cukup dibuat kalang kabut ketika harus menangani keuangan keluarga atau pribadi, ada baiknya Anda ikuti tips berikut ini agar uang Anda tidak keburu habis sebelum waktunya.

1. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit: Waspadai pengeluaran dalam jumlah kecil

Biasanya, pengeluaran dalam jumlah besar selalu bisa langsung terdeteksi oleh kita. Namun, lain halnya dengan pengeluaran kecil yang tidak terlalu signifikan, yang kalau dikumpul-kumpul, pengeluaran tersebut bisa jadi pengeluaran terbesar Anda. Contohnya, pengeluaran kecil seperti dana untuk gaya hidup, bayar parkir, sekedar ngopi di cafe, atau nonton film. Anda akan terkejut begitu mengetahui bahwa angka yang Anda temukan bernilai cukup besar apabila Anda jumlahkan seluruh pengeluaran-pengeluaran kecil ini. Oleh karena itu, Anda harus lebih pandai lagi mengatur keuangan Anda dengan mengawasi pengeluaran kecil ini dan mengalokasikannya ke dalam tabungan.

2. Bersenang-senang boleh saja, tetapi sesuaikan dengan pendapatan Anda

Berlangganan televisi kabel, jadi anggota klub fitnes terkenal, atau ikut serta dalam keanggotaan klub golf bergengsi? Memang asyik sekali. Namun, Anda harus bertanya lagi kepada diri Anda, apakah Anda sanggup membayar semua keanggotaan itu? Apabila jawabannya tidak, Anda harus siap-siap untuk menghilangkan semuanya dari daftar pengeluaran bulanan Anda. Cek kembali seluruh pengeluaran Anda agar sesuai dengan kemampuan Anda, jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang, hanya untuk ‘kesenangan-kesenangan’ yang tidak penting.

3. Lunasi hutang kartu kredit Anda

Apabila Anda memiliki kartu kredit, Anda harus ingat bahwa dana di dalamnya bukanlah pemasukan untuk Anda. Pembelanjaan dengan kartu kredit adalah pengeluaran yang harus segera dibayarkan. Jadi, apabila Anda menggunakan kartu kredit, sebisa mungkin Anda langsung bayar lunas ketika tagihan datang. Hal ini perlu dipahami, karena bunga kartu kredit sangat tinggi, sehingga dapat membuat Anda terlilit hutang seumur hidup apabila Anda tidak pandai-pandai berstrategi dalam menggunakan kartu kredit. Apabila Anda sudah terlanjur masuk ke dalam jeratannya, konsultasikanlah dengan pihak penerbit kartu kredit agar anda dapat bernegosiasi soal pembayaran.

4. Mulailah berinvestasi

Apabila Anda sukses dalam mengatur pengeluaran dan berhasil ‘menjinakkan’ utang kartu kredit, maka Anda dapat mulai berinvestasi. Seperti yang dikatakan oleh Warren Buffet, investor dan pengusaha besar AS, investasi itu seperti diet. Mudah dipahami, tapi sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, apabila Anda sudah mulai bisa menyisihkan gaji dalam jumlah tertentu secara rutin setiap bulannya, sebaiknya Anda mulai pikirkan untuk berinvestasi. Dengan menjadi investor cerdas, nantinya uang yang akan bekerja untuk Anda, bukan Anda yang bekerja untuk uang.

Selamat mengelola gaji dan sukses untuk Anda!

A LOVELY MONDAY MORNING

Pagi Planners…

Di hari Senin pagi yang cerah ini, mari kita sambut hari pertama setelah liburan panjang anak sekolah selama dua minggu ini dengan semangat untuk terus berkarya,

demi kemajuan Nusa dan Bangsa.

Tinggalkan semua rasa malas dan nestapa.

Berusaha keras dan gapailah semua cita dan asa…

Karena kita, generasi muda yang bermental sekuat baja.

SELAMAT BERAKTIFITAS KEMBALI

I REALLY REALLY REALLY LOVE MONDAY!

Kutipan Bijak

Malam Planners,

Sebelum kita beristirahat malam ini, mari kita evaluasi kembali dan renungkan apa saja yang telah kita perbuat selama sehari, seminggu, sebulan, dan setahun yang lalu. Selama hidup kita, apakah kita telah berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang-orang lain di sekitar kita? Bagaimana hubungan kita dengan sesama manusia dan dengan Tuhan? Sudah bergunakah diri kita sebagai umat manusia? Seperti yang dikatakan oleh Dalai Lama berikut ini:

Teman-teman lama hilang, teman-teman baru muncul. Hal ini sama seperti hari-hari. Suatu hari berlalu, hari baru tiba. Yang penting adalah untuk membuatnya berarti: teman yang berarti — atau hari yang berarti.

–Dalai Lama.

Mari kita isi hari-hari kita dengan semangat manfaat baik untuk diri kita sendiri, keluarga, dan orang-orang lain di sekitar kita.

Mengatur Keuangan Agar tidak Tekor Setelah Lebaran

Dear Planners,

Biasanya ketika menyambut lebaran, kita cenderung untuk menjadi lebih konsumtif, apa-apa ingin dibeli, hanya untuk memperlihatkan kesuksesan kita ketika kita pulang kampung, dengan banyaknya harta benda yang kita bawa. Seringkali pikiran untuk “show off” (pamer) ini membuat kita lupa bahwa kita masih memiliki masa depan yang harus dijalani.

Setelah euforia lebaran dan liburan panjang berlalu, kita baru sadar bahwa kondisi keuangan kita sudah tidak stabil lagi, bahkan mengalami defisit. Di sini, baru kita merasa menyesal telah menghabiskan uang kita dalam jumlah yang sangat banyak sekali hanya untuk berlebaran. Uniknya, penyesalan ini terus berlanjut ke lebaran-lebaran di tahun-tahun berikutnya. Seperti lingkaran setan, masalah ini sepertinya tidak akan pernah berhenti. Namun, apabila kita analisa lebih jauh, sebenarnya yang menjadi masalah utama adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan kita dalam mengelola keuangan. Setelah lebaran, ketika kita sudah habis-habisan dengan kondisi keuangan yang semakin menipis, apa yang harus kita lakukan agar arus kas (cash flow) kita tetap seimbang?

1. Rencanakan pengeluaran untuk hari raya di tahun-tahun berikutnya dari sekarang

Setelah lebaran tahun ini, ibarat bayi yang telah terlahir kembali, anggap saja arus kas Anda menjadi nol, apa yang sebaiknya Anda lakukan?

Sekarang, mari kita hitung kembali semua kebutuhan selama satu tahun ke depan. Artinya, kita buat perencanaan keuangan tahunan berdasarkan kalender Hijriyah tentang Peringatan Hari Besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Ramadhan, zakat fitrah dan zakat mal yang harus dikeluarkan di hari Idul Fitri (termasuk mudik jika terbiasa pulang kampung), dana untuk membeli hewan qurban pada hari Idul Adha/Hari Raya Qurban, perayaan 1 Muharram, serta perayaan-perayaan lainnya seperti akikah anak, peringatan hari ulang tahun, dan lain-lain. Selain itu, hitung juga pengeluaran-pengeluaran tahunan lainnya, seperti pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), perpanjangan STNK & SIM, pembayaran Pajak Penghasilan, dan lain-lain.

Dengan merencanakan keuangan kita semenjak dini, maka pos-pos pengeluaan dadakan yang dapat menjadi salah satu penyebab borosnya pengeluaran kita, akan bisa kita minimalisasi. Paling tidak, kita bisa mendapatkan tiket untuk pulang kampung dengan harga promo yang tentunya jauh lebih murah daripada jika kita beli secara mendadak, mendekati hari H perayaan Idul Fitri, misalnya.

2. Cari penghasilan (income) tambahan

Perlu Anda ingat, di setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Apabila setelah lebaran tahun ini keuangan Anda mengalami defisit kronis, maka jalan terbaik untuk mengatasinya adalah dengan memanfaatkan momentum dan kesempatan yang ada. Contohnya, dengan adanya hari kemerdekaan yang jatuh setelah lebaran tahun ini, sebenarnya kita bisa menjadikannya sebagai peluang usaha sampingan di luar aktifitas kerja kita sehari-hari. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan momentum masuk kembalinya anak sekolah dengan usaha menjual peralatan sekolah anak, misalnya, dan lain sebagainya.

Jika sebelumnya Anda sudah menyisihkan 30 persen dari penghasilan Anda untuk tabungan dan investasi, sekarang saatnya uang tersebut diputar ke sektor riil. Apabila Anda sudah tidak memiliki modal usaha karena sudah habis-habisan dipakai untuk berlebaran, sambil menunggu gaji bulanan Anda, ada baiknya Anda mulai rencanakan peluang usaha lain yang terkait dengan perayaan-perayaan tahunan yang akan datang dalam satu atau dua bulan berikutnya.

3. Tunda rencana investasi jangka panjang

Sebenarnya menunda rencana investasi jangka panjang seperti saham dan reksa dana kurang bijak untuk dilakukan. Namun, karena pos-pos pengeluaran sudah bertambah dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak dan kenaikan harga barang, maka rencana investasi jangka panjang terpaksa kita tunda dulu. Tentunya, dengan tetap melakukan investasi jangka menengah (usaha di sektor riil, misalnya), kita dapat mengatasi defisit keuangan yang kita alami sekarang ini.

Demikian tips dari kami untuk mengatasi masalah keuangan yang seringkali kita alami pasca lebaran. Apabila Anda ingin berkonsultasi lebi lanjut mengenai keuangan, silahkan hubungi kami.

Salam Planners

Siap-siap Kembali ke Sekolah

Pagi Planners,

Bagaimana kabar Anda di pagi yang cerah ini? Semoga selalu sehat dan diberkahi oleh Tuhan… aamiin…

Mungkin di hari Minggu ini Anda sedang sibuk mempersiapkan keperluan sekolah untuk anak Anda kembali bersekolah besok, atau mungkin Anda masih berada di kampung halaman, sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah dan memulai aktifitas Anda sehari-hari?

Apapun aktifitas yang sedang Anda lakukan sekarang dan di mana pun Anda berada, selalu buat perencanaan keuangan dan evaluasi kembali semua perencanaan keuangan yang telah Anda buat, apakah masih relevant atau tidak, atau mungkin masih ada pos-pos pengeluaran yang tidak perlu yang malah membuat keuangan Anda defisit. Apa pun masalah keuangan yang Anda alami, tetap ikuti postingan-postingan berita kami berikutnya dengan topik mengatasi masalah keuangan setelah lebaran.

Stay tuned…

Arti Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia

Dear Planners,

Di hari kemerdekaan ini, marilah kita renungkan kembali arti dari kemerdekaan bagi diri kita sendiri. Sudahkah kita, sebagai generasi muda yang merdeka, melakukan yang terbaik bagi diri kita sendiri, keluarga, bangsa, negara, dan agama kita? Seperti yang dikatakan oleh Presiden Pertama kita, Ir. Soekarno:

Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!

Semoga kita semua menjadi bangsa besar dengan semangat untuk mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi-prestasi yang gemilang baik di tingkat nasional maupun internasional… aamiin…

SALAM PLANNER

Kebebasan Finansial di Usia Muda, Mungkinkah?

Dear Planners,

Tentunya kita semua ingin mencapai kondisi di mana kita tidak perlu lagi repot bekerja mencari uang, dengan membiarkan uang yang bekerja untuk kita, bukan? Ya, apabila kita telah berada pada kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa kita telah mencapai financial freedom (kebebasan finansial).

Seperti yang dikatakan oleh seorang perencana keuangan, Ahmad Gozali, mengutip dari Anthony Robbins,

“Kebebasan finansial adalah suatu kondisi keuangan dengan pencapaian investasi yang cukup banyak, relatif aman, dan hasilnya mencukupi kebutuhan kita untuk hidup dengan gaya hidup yang kita inginkan.”

Tentunya, hal ini membutuhkan kerja keras, cerdas, dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Ada tiga cara yang dapat kita lakukan agar dapat mencapai kebebasan finansial di usia muda. Diantaranya adalah:

  1. Menabung secara disiplin
  2. Melakukan penghematan
  3. Memutar tabungan (berinvestasi) agar bisa memberi hasil yang besar pada periode waktu tertentu dan menghasilkan passive income, sehingga kita dapat memeduhi kebutuhan hidup dari hasil investasi tersebut dan tidak perlu bekerja lagi.

Lebih lanjut Gozali mengatakan, ”Menabung memang menunda kesenangan di masa sekarang, tetapi hasilnya sangat efektif untuk mencapai tujuan yang lebih besar di masa datang.”

Lalu, berapa besarnya dana yang harus kita sisihkan untuk keperluan menabung dan berinvestasi? Apabila Anda memiliki kewajiban untuk membayar cicilan hutang, sebaiknya cicilan tersebut tidak melebihi dari 30 persen dari penghasilan bulanan, dan usahakan untuk dapat menyisihkan 10 persen dari gaji secara rutin setiap bulannya untuk tabungan. Apabila Anda tidak mempunyai hutang, jumlah yang disisihkan untuk tabungan dan investasi bisa diperbesar lagi menjadi 30 persen dari income yang dapat digunakan untuk keperluan investasi dan proteksi (asuransi). Dengan demikian, 70 persen sisanya dapat Anda gunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Lalu, bagaimanakah caranya agar kita dapat berinvestasi? Ada beberapa cara untuk berinvestasi, diantaranya adalah: tabungan, deposito, emas, saham, reksadana, properti, ataupun unit bisnis.

Untuk memilih jenis investasi yang tepat bagi Anda, perlu dipertimbangkan biaya yang diperlukan, pendapatan yang didapat, profil risiko investasi, keterampilan yang diperlukan untuk memilih produk investasi, dan banyaknya waktu yang dapat Anda sediakan untuk melakukan investasi.

Untuk meminimalkan risiko, usahakan untuk tidak menaruh semua uang Anda pada satu jenis investasi. Apabila Anda sekarang ini masih bekerja, disarankan agar sekitar 70-80 persen dari alokasi uang keperluan investasi tadi diinvestasikan ke dalam aset, seperti deposito dan reksadana. Deposito digunakan untuk berjaga-jaga (dana darurat), sedangkan reksadana digunakan untuk mendapatkan pengembangan. Sementara, sisa 20-30 persen dari alokasi dana investasi tersebut, bisa digunakan untuk investasi dalam bentuk usaha patungan dengan teman atau saudara yang memiliki kemampuan untuk mengelola usaha.

Demikian perencanaan keuangan untuk mencapai kebebasan finansial di usia muda. Apabila Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut dalam merencanakan keuangan Anda, Anda bisa menghubungi kami melalui email atau nomor kontak yang tersedia pada profil kami di website ini.

Salam sukses dan MERDEKA!

Dirgahayu RI ke-68

Selamat pagi planners…

Selamat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68 tahun…

Semoga dengan bertambahnya usia negara kita, bertambah pula kematangan kita sebagai suatu bangsa yang berdaulat… aamiin ya rabbal ‘alamiin…

SEMANGAT KEMERDEKAAN!!!

MERDEKA!!!

Pencuri Impian

Dear Planners,

Seringkali tanpa kita sadari kita terjebak dalam pikiran-pikiran negatif yang kita ciptakan sendiri. Contohnya, ketika kita hendak melakukan action untuk menggapai cita-cita kita, seringkali kita merasa ragu dan tidak percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, atau kita merasa diri kita lebih rendah dari orang lain, dan sejuta pikiran negatif lainnya yang berkecamuk di dalam pikiran kita…

Namun, percayalah, semua pikiran negatif itu hanya ada di pikiran kita saja. Pikiran kita yang menciptakan kata-kata negatif itu sehingga menghambat kita untuk meraih kesuksesan. Jangan pernah biarkan pikiran negatif kita mencuri semua impian kita. Oleh karena itu, ubah kata-kata negatif yang tercipta di dalam pikiran kita menjadi kata-kata yang positif. Kata IMPOSSIBLE apabila kita lihat dari perspektif lain dapat berubah menjadi I’M POSSIBLE, bukan?

So, let’s think positively and get our dreams, Planners…